My Blog

My Blog

Minggu, 22 Juni 2014

"Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang Dzat Allah.” HR Abu Nu’ai



Manusia adalah makhluk yang berpikir. Dengan kemampuan itulah manusia bisa meraih berbagai kemajuan, kemanfaatan, dan kebaikan.

Karena itu, Rasulullah saw. menghendaki kita, kaum muslimin, untuk punya budaya tafakur yang akan bisa mengantarkan kita kepada kemajuan, kemanfaatan, kebaikan, ketaatan, keimanan, dan ketundukan kepada Allah Ta’ala. Agar tujuan itu tercapai, Rasulullah saw. memberi rambu-rambu agar kita tidak salah dalam bertafakur.

Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk bertafakur mengenai makhluk ciptaan Allah swt. Beliau melarang kita berpikir tentang Dzat Allah karena kita tidak akan mampu menjangkaunya, dan berpikir tentang Dzat Alllah bisa mengantarkan kita kepada kesesatan dan kebinasaan.

Sungguh Mulia Engkau, Ibu....

 
Bismillahirrohmanirrohim
Sungguh Mulia Engkau, Ibu.....

Sahabat-sahabat Ini hanyalah secuil dari Kemuliaan Seorang Ibu yang mungkin tidak pernah kita sadari.

1. Saat makan, jika makanan kurang, Ia akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata, “Cepatlah makan nak, ibu tidak lapar.”

2. Waktu makan, Ia selalu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, “Ibu tidak suka daging, makanlah, nak..”

3. Tengah malam saat dia sedang menjaga anaknya yg sakit, Ia berkata,
“Istirahatlah nak, Ibu masih belum ngantuk..”

4. Saat anak sudah tamat sekolah, bekerja, mengirimkan uang untuk Ibu. Ia berkata, “Simpanlah untuk keperluanmu nak, Ibu masih punya uang.”

5. Saat anak sudah sukses, menjemput Ibunya untuk tinggal di rumah besar, Ia lantas berkata, “Rumah tua kita sangat nyaman, Ibu tidak terbiasa tinggal di sana.”

6. Saat menjelang tua, Ibu sakit keras, anaknya akan menangis, tetap Ibu masih bisa tersenyum sambil berkata, “Jangan menangis, Ibu tidak apa apa.”

Tidak peduli sebarapa kaya kita, seberapa dewasanya kita, Ibu slalu menganggap kita anak kecilnya, mengkhawatirkan diri kita tapi tidak pernah membiarkan kita mengkhawatirkan dirinya.
Sumber: Mutiara Air Mata Muslimah

Cahaya Mata




Sallahu'alamuhammmad Sallahu'alaihiwassalam Sallahu'alamuhammad Sallahu'alaihiwassalam

Anak-anak adalah cahaya mata
Penghibur hati penyejuk mata
Nikmat ALLAH yang paling bahagia
Nisbah benda lahirlah di dunia
Amanah ALLAH yang mesti dijaga

Diasuh dan dipelihara
Mencuaikan khianat dan dosa
Zahirnya ibubapa yang mendidik mereka
Hakikatnya adalah Tuhan Yang Esa
Bimbing mereka dengan bijaksana

Apakah akan jadi Yahudi?
Jadi Nasrani atau Majusi?
Moga jadi Mukmin yang sejati
Bersabarlah mendidik mereka

Mereka bagai kain putih
Yang lahir dengan suci bersih
Corakkanlah berhati-hati
Besarkan dengan akhlak terpuji

Permata pada ayah bonda
Sinaran bahagia membawa ke Syurga
Bersyukur kepada yang Esa
Atas anugerah nikmat dan rahmatNya

Bentuklah mereka sedari kecil
Taati ajaran agama
Anak soleh harta berharga
Doa mereka untuk kita
(Kenang kita dalam doanya)

Nasyid: INTEAM & Nada Syahdu

Cantik ga harus ribet. Simpel aja ukh ;)


 

"Dan hendaklah mereka menutupkan kain (sampai) ke dadanya. Dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka..." (QS. An-Nuur)

Ust Salim A Fillah tentang beratnya bahaya Zina ..



------------------
Imam Syafi'I, dan akupun menangis ..
Satu saat asy Syafi’i ditanya
mengapa hukum bagi pezina sedemikian
beratnya?
wajah asy-Syafi’i memerah, pipinya rona delima
“karena”, jawabnya dengan mata menyala...
“zina adalah dosa yang bala’ akibatnya
mengenai semesta keluarganya, tetangganya,
keturunannya hingga tikus di rumahnya dan
semut di liangnya”
***
Ia ditanya lagi, dan mengapa tentang
pelaksanaan hukuman itu?
Allah berkata “Dan janganlah rasa ibamu pada
mereka menghalangimu untuk menegakkan
agama!”
****
Asy-syafi’i terdiam ..
Ia menunduk, Ia Menangis
setelah sesak sesaat, ia berkata ...
“Karena zina seringkali datang dari cinta dan
cinta selalu membuat kita iba ..
dan syaitan datang untuk membuat kita lebih
mengasihi manusia ..
daripada mencintai-Nya”
***
Ia ditanya lagi ..
dan mengapa, Allah berfirman pula
“Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan orang – orang
yang beriman.”
bukankah untuk pembunuh, si murtad, pencuri
Allah tak pernah mensyaratkan
menjadikannya tontonan?
****
Janggut Asy-Syafi’i telah basah,
bahunya terguncang – guncang ..
“Agar menjadi pelajaran”
Ia terisak
“Agar menjadi pelajaran”
Ia tersedu ..
“agar menjadi pelajaran”
Ia tergugu
****
Lalu ia bangkit dari duduknya
matanya kembali menyala
“Karena ketahuilah oleh kalian..
sesungguhnya zina adalah hutang
hutang, sungguh hutang…
dan...
salah seorang dalam nasab pelakunya pasti
harus membayarnya!”
***
kutulis dalam menangis, semoga menjadi
pengingat yang terwaris
-salim a. fillah-

sekarang kita tau muslimah, betapa besarnya dosa zina dalam Islam, sampai-sampai Imam As-Syafi`i benar-benar menekankan umat agar menjauhinya karena dosanya menjalar di sekeliling kita. Maka jangan pernah dekati zina, memalui Khalwat (berdua2an dengan lawan jenis), berpacaran, atau melihat, mendengar dan mendatangi hal-hal yang berhubungan dengan zina. Kita mungkin belum bisa menghapus zina dari muka bumi ini secara seutuhnya, namun kita bisa mengawali perubahan ini dari diri kita sendiri lalu lingkungan terdekat kita ... Bismillah

Wallahu`alam

Apa Arti Masya Allah?


Tentu tidak asing lagi ucapan “Masya Allah“[1] (ما شاء الله) di tengah kaum Muslimin.
Bahkan pembaca sekalian mungkin sudah sering mengucapkannya.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan,
“disyariatkan bagi orang mukmin ketika melihat sesuatu yang membuatnya takjub hendaknya ia mengucapkan ‘Masya Allah‘ atau ‘Baarakallahu Fiik‘ atau juga ‘Allahumma Baarik Fiihi‘ sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاء اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
‘Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu “MAA SYAA ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAH”‘
(QS. Al Kahfi: 39)”
(Fatawa Nurun ‘alad Darbi, no.39905).
Namun tahukah anda apa makna dari ucapan “Masya Allah“?
Simak penjelasan berikut:
Di dalam kitab Tafsir Al Quranul Karim Surat Al Kahfi, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin menjelaskan bahwa kalimat “Masya Allah” (ما شاء الله) bisa diartikan dengan dua makna. Hal tersebut dikarenakan kalimat “maa syaa Allah” (ما شاء الله) bisa di-i’rab[2] dengan dua cara di dalam bahasa Arab:
1] I’rab yang pertama dari “Masya Allah” (ما شاء الله) adalah dengan menjadikan kata “maa” (ما) sebagai isim maushul (kata sambung) dan kata tersebut berstatus sebagai khabar (predikat).
Mubtada’ (subjek) dari kalimat tersebut adalah mubtada’ yang disembunyikan, yaitu “hadzaa” (هذا).
Dengan demikian, bentuk seutuhnya dari kalimat “maa syaa Allah” adalah :
هذا ما شاء الله
/hadzaa maa syaa Allah/
Jika demikian, maka artinya dalam bahasa Indonesia adalah: “inilah yang dikehendaki oleh Allah”.
2] Adapun i’rab yang kedua, kata “maa” (ما) pada “maa syaa Allah” merupakan maa syarthiyyah (kata benda yang mengindikasikan sebab) dan frase “syaa Allah” (شاء الله) berstatus sebagai fi’il syarath (kata kerja yang mengindikasikan sebab).
Sedangkan jawab syarath (kata benda yang mengindikasikan akibat dari sebab) dari kalimat tersebut tersembunyi, yaitu “kaana” (كان) .
Dengan demikian, bentuk seutuhnya dari kalimat “maa syaa Allah” adalah:
ما شاء الله كان
/maa syaa Allahu kaana/
Jika demikian maka artinya dalam bahasa Indonesia adalah: “apa yang dikehendaki oleh Allah, maka itulah yang akan terjadi”.
Ringkasnya, “maa syaa Allah” bisa diterjemahkan dengan dua terjemahan, “inilah yang diinginkan oleh Allah” atau “apa yang dikehendaki oleh Allah, maka itulah yang akan terjadi”.
Maka ketika melihat hal yang menakjubkan, lalu kita ucapkan “Masya Allah” (ما شاء الله), artinya kita menyadari dan menetapkan bahwa hal yang menakjubkan tersebut semata-mata terjadi karena kuasa Allah.
Semoga lisan-lisan kita dapat senantiasa dibasahi ucapan dzikir kepada Allah Ta’ala.
Wabillahit taufiq.
Catatan Kaki
[1] Sebagian orang mempermasalahkan penulisan “Masya Allah” atau “Masha Allah” atau “Maasyaa Allah” atau “Masyallah”.
Mungkin bagi mereka yang benar adalah “Maa Syaa-Allah” atau “Maa Syaa-a Allah”.
Namun hal ini sebenarnya tidak patut dipermasalahkan, semuanya bisa digunakan.
Karena memang tulisan huruf latin tidak bisa mengakomodasi bahasa arab dengan sempurna.
Sehingga yang penting adalah pengucapan lisannya.
Bahkan dalam tulisan formal, hendaknya mengikuti kaidah transliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor 158 tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987. Lihat di: http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_alih_aksara_Arab_ke_Latin
Jika dengan pedoman ini, maka penulisan yang baku adalah: Māsyā-a Allāhu
Namun, sekali lagi, ini bukan masalah besar selama tidak terlalu jauh dari pengucapan arabnya.
[2] I’rab adalah penjabaran struktur kalimat di dalam bahasa Arab.

Penulis: Muhammad Rezki Hr, ST., M.Eng
Artikel www.muslim.or.id

Minggu, 15 Juni 2014

Dekap Ukhuwah Fillah



Diriwayatkan bahwa :
Apabila penghuni Syurga telah masuk ke dalam Syurga, lalu mereka tidak menemukan Sahabat-sahabat mereka yang selalu bersama mrk dahulu di dunia.

Mrk bertanya tentang Sahabat mereka kepada Allah..

"Yaa Rabb...
Kami tidak melihat Sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia shalat bersama kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami...??

"Maka Allah berfirman:
"Pergilah ke neraka, lalu keluarkan Sahabat-sahabatmu yg di hatinya ada Iman walaupun hanya sebesar zarrah."
(HR. Ibnul Mubarak dalam kitab "Az-Zuhd").

Al-Hasan Al-Bashri berkata: "Perbanyaklah Sahabat-sahabat mu'minmu, karena mereka memiliki Syafa'at pada hari kiamat".

Ibnul Jauzi pernah berpesan kepada Sahabat-sahabatnya sambil menangis:

"Jika kalian tidak menemukan aku nanti di Syurga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada Allah tentang aku:

"Wahai Rabb Kami...
Hamba-Mu fulan, sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami ttg ENGKAU..
Maka masukkanlah dia bersama kami di Syurga-Mu"

Sahahabatku fillah
Mudah-mudahan dg ini, aku telah Mengingatkanmu tentang Allah ..
Agar aku dapat besertamu kelak di Syurga & Ridho-Nya..

Yaa Rabb...
ْAku Memohon kepada-Mu.. Karuniakanlah kepadaku
Sahabat2 yg selalu mengajakku utk Tunduk Patuh & Taat Kepada Syariat-Mu..

Kekalkanlah persahabatan kami hingga kami bertemu di Akhirat dengan-Mu...

آمِيْن يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ
--
Wahai sahabatku sekalian..

Jika kalian tidak menemukan diriku di Syurga, sudilah kiranya sahabat sekalian memanggil namaku dan bertanya pada Allah ttg diriku, dan moga Allah ridha menyelamatkan diriku dan keluargaku dari siksa api neraka..

Ana uhibbukum fillaah.